Mengenal Suku Tengger: Asal-usul, Bahasa, dan Tradisi

Sugeng rawuh wonten blog TV Channel Jowo! Dalam artikel kali ini, kami akan menjelajahi keunikan Suku Tengger mulai dari asal-usul hingga tradisi-tradisinya. Suku Tengger, sebuah etnis minoritas yang tinggal di lereng Gunung Bromo, memiliki warisan budaya yang kaya dan menarik.

Dari bahasa Tengger yang unik hingga tradisi-tradisi mistis yang masih dilestarikan hingga hari ini, Masyarakat Tengger memancarkan pesona dan keunikan budaya yang patut untuk dipelajari lebih lanjut.

Mari kita selami lebih dalam ke dalam kehidupan dan kebudayaan yang memikat dari masyarakat Tengger. Simak selengkapnya ulasan berikut ini!

Baca juga: Mendalami Keindahan dan Makna dari Seni Batik

Asal-usul Suku Tengger

Suku Tengger adalah salah satu suku yang mendiami wilayah lereng Gunung Bromo di Jawa Timur, Indonesia. Asal-usul mereka diperkirakan berasal dari keturunan dari kerajaan Majapahit yang runtuh pada abad ke-15.

Konon, nama “Tengger” berasal dari nama suku Tenggerese yang merupakan keturunan dari Putri Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan legendaris yang dianggap sebagai pendiri wilayah Tengger. Keduanya diyakini memulai pemukiman di lereng Gunung Bromo setelah meninggalkan Kerajaan Majapahit.

Secara budaya, masyarakat Tengger masih mempraktikkan adat istiadat tradisional, seperti upacara persembahan kepada dewa-dewi gunung, serta menjaga keberlangsungan tradisi pertanian di lereng gunung yang subur. Keberadaan mereka menjadi bagian integral dari keanekaragaman budaya Indonesia yang kaya.

Wilayah Tempat Tinggal Suku Tengger

Suku Tengger mendiami wilayah lereng Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Wilayah ini terkenal dengan lanskapnya yang spektakuler, termasuk kawah aktif Gunung Bromo yang megah serta gunung-gunung lainnya seperti Gunung Semeru, puncak tertinggi di Pulau Jawa.

Lereng gunung yang subur menjadi tempat tinggal bagi masyarakat ini yang berpenghasilan utama dari pertanian, terutama tanaman padi, kentang, dan sayuran. Mereka hidup berdampingan dengan keindahan alam yang menakjubkan dan menjaga tradisi-tradisi warisan leluhur mereka dalam keseharian mereka, menciptakan harmoni antara manusia dan alam.

Bahasa Suku Tengger

Bahasa Suku Tengger, yang dikenal sebagai Bahasa Tengger, merupakan bagian penting dari identitas budaya mereka. Hal ini termasuk dalam rumpun bahasa Jawa, meskipun memiliki ciri khas dan dialek tersendiri. Secara umum, Bahasa Tengger memiliki kemiripan dengan bahasa Jawa Tengah, tetapi juga memiliki pengaruh dari bahasa-bahasa lokal lainnya di sekitar lereng Gunung Bromo.

Vokal yang panjang sering kali menjadi ciri khas Bahasa Tengger, serta penggunaan kata-kata khas dan frasa yang berbeda dari bahasa Jawa standar. Dalam kehidupan sehari-hari, Bahasa Tengger menjadi alat komunikasi utama di antara masyarakat Tengger, baik dalam interaksi sosial maupun dalam upacara adat.

Meskipun Bahasa Tengger masih digunakan secara luas di lingkungan komunitas mereka, namun, di era modern ini, pengaruh bahasa Indonesia juga semakin meningkat. Namun, keberadaan dan pemertahanan Bahasa Tengger tetap menjadi simbol keberlangsungan budaya dan identitas masyarakat Tengger dalam perubahan zaman.

Tradisi Suku Tengger

Dalam masyarakat Tengger, terdapat beberapa tradisi yang telah menjadi landasan kuat dalam mempertahankan identitas dan keberadaan mereka selama ini. Berikut adalah beberapa tradisi-tradisi dari masyarakat Tengger, antara lain:

1. Upacara Kasada

Salah satu tradisi paling penting bagi Suku Tengger adalah Upacara Kasada. Dilaksanakan setiap bulan purnama kesepuluh dalam penanggalan Jawa, upacara ini merupakan ungkapan syukur kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan) atas panen yang melimpah. Selama upacara, suku Tengger memanjatkan doa dan memberikan persembahan kepada dewa-dewi gunung, termasuk dengan melempar hasil panen dan hewan kurban ke dalam kawah Gunung Bromo.

2. Tradisi Pertanian

Pertanian adalah bagian integral dari kehidupan masyarakat Tengger. Mereka mengikuti tradisi turun-temurun dalam bercocok tanam di lereng gunung yang subur. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian utama, dan setiap tahap dalam proses pertanian dihargai dan dirayakan dalam kalender adat mereka.

3. Penggunaan Tenun Ikat

Masyarakat Tengger juga dikenal karena keterampilan mereka dalam menenun kain ikat tradisional. Tenun ikat bukan hanya sebagai seni, tetapi juga sebagai simbol status dan identitas budaya. Motif-motif pada kain ikat sering kali mengandung makna mendalam yang menggambarkan kehidupan dan alam sekitar mereka.

Mata Pencaharian Masyarakat Tengger

Mata pencaharian utama masyarakat Tengger adalah pertanian. Mereka menggarap tanah subur di lereng Gunung Bromo untuk menanam padi, kentang, sayuran, serta tanaman lainnya.

Pertanian menjadi sumber kehidupan yang vital bagi komunitas ini, memastikan ketersediaan pangan dan penghidupan yang berkelanjutan. Selain pertanian, sebagian anggota Suku Tengger juga terlibat dalam industri pariwisata yang berkembang di sekitar Gunung Bromo.

Mereka menjadi pemandu wisata, menjual hasil pertanian, atau terlibat dalam kerajinan tangan tradisional seperti tenun ikat. Mata pencaharian ini mencerminkan adaptabilitas dan keterampilan yang dimiliki oleh Suku Tengger dalam menjaga kehidupan mereka di pegunungan yang indah namun keras.

Upaya Pelestarian Suku Tengger

Upaya pelestarian masyarakat Tengger mencakup berbagai aspek, termasuk pelestarian budaya, lingkungan, dan keberlanjutan ekonomi. Komunitas ini aktif dalam memelihara tradisi-tradisi adat mereka.

Selain itu, mereka juga terlibat dalam pengelolaan lingkungan dan konservasi alam, menjaga kelestarian Gunung Bromo dan habitat di sekitarnya. Dalam hal ekonomi, Masyarakat Tengger berusaha untuk mengembangkan inisiatif ekonomi lokal yang berkelanjutan, seperti kerajinan tangan tradisional dan pariwisata berkelanjutan.

Melalui upaya-upaya ini, Suku Tengger berusaha untuk mempertahankan warisan budaya dan lingkungan mereka sambil menciptakan kehidupan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Kesimpulan

Suku Tengger adalah komunitas yang kaya akan warisan budaya, bahasa, dan tradisi. Mereka menjaga keberlangsungan adat istiadat seperti Upacara Kasada, pertanian, dan tenun ikat.

Mata pencaharian utama mereka berpusat di sekitar Gunung Bromo, dengan pertanian dan pariwisata sebagai sumber pendapatan. Pelestarian lingkungan dan budaya menjadi fokus utama dalam upaya mempertahankan identitas mereka. Melalui adaptabilitas dan keuletan, Suku Tengger mempertahankan keberadaan mereka di tengah arus modernisasi, menjaga kekayaan budaya dan lingkungan untuk generasi mendatang.